Piru (18/11/2025), saatkita.com - Peredaran produk Minyak Kayu Putih asal Kabupaten SBB ke Kabupaten Buru yang juga diklaim memiliki merek/brandnya memang sudah beredar sejak lama, dimana peredaran itu dilakukan oleh sejumlah kelompok petani dari Dusun Wael, Taman Jaya, Masika Jaya dan Loupessy, dan Kotania.
Menurut Sumber yang ditemui media ini di Piru, Selasa, (18/11/2025), Para Kelompok Tani tersebut, biasanya disuplai modal dana oleh pengusaha minyak kayu putih di Kota Namlea.
Setelah mendapatkan modal dana, mereka kemudian bergerak dan mengumpulkan daun minyak kayu putih dan memasaknya di ketel-ketel yang tersebar di dusun-dusun tersebut.
Luasan area, pohoh kayu putih di Kecamatan Seram Barat, yang sangat luas menjadi sumber potensial untuk suplay minyak kayu putih ke Pulau Buru.
Menurut sumber tersebut, dalam setiap kali produksi minyak kayu putih, jumlah yang dikirimkan ke Pulau Buru itu, biasanya para kelompok tani itu menyewa sebuah longboat dengan muatan sebanyak 150 an lebih minyak kayu putih yang diisi dalam jerigen ukuran 40 liter.
Menurutnya, saking menggiurnya usaha tersebut, maka ada juga anggota DPRD SBB yang tertarik untuk melakoni bisnis tersebut, meskipun dari usahanya itu merugikan daerahnya sendiri.
Dari informasi yang dihimpun, dengan hadirnya pabrik pembuatan minyak kayu putih di Kawasan Kotania Atas menyebabkan usaha-usaha dari para petani minyak kayu putih, untuk mengirimkan produk olahannya ke Kabupaten Buru mulai berkurang, hal ini disebabkan karena sudah banyak daun kayu putih yang dikumpulkan para petani lebih terserap ke pabrik tersebut.
Namun, fenomena ini tidak serta merta menyurutkan tudingan dari Kabupaten SBB ke Kabupaten Buru bahwa, Kabupaten Buru menggunakan hasil produksi dari SBB untuk brand produknya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Dekranasda SBB, Yenni Rosbayani Asri yang menyatakan bahwa, minyak kayu putih yang berasal dari SBB memiliki potensi yang besar, tetapi sayangnya merek atau brandnya yang dikenal oleh masyarakat untuk produk tersebut adalah milik Kabupaten Buru.
Bahkan isteri orang nomor satu di Kabupaten SBB ini meandaskan, untuk produksi dan lahan pohon kayu putih di Kabupaten SBB lebih banyak dari Kabupaten Buru, karena itu sebagai bagian dari kepemimpinan di Kabupaten SBB dirinya merasa bertangung jawab terhadap hal tersebut.
Tetapi sayangnya berbagai statement tersebut belum diikuti oleh upaya nyata yaitu mengklaim kembali brand dari minyak kayu putih sebagai salah satu produk unggulan dari Bumi Saka Mese Nusa.
Kita tunggu aksinya..! (Nicko Kastanja)
Menurut Sumber yang ditemui media ini di Piru, Selasa, (18/11/2025), Para Kelompok Tani tersebut, biasanya disuplai modal dana oleh pengusaha minyak kayu putih di Kota Namlea.
Setelah mendapatkan modal dana, mereka kemudian bergerak dan mengumpulkan daun minyak kayu putih dan memasaknya di ketel-ketel yang tersebar di dusun-dusun tersebut.
Luasan area, pohoh kayu putih di Kecamatan Seram Barat, yang sangat luas menjadi sumber potensial untuk suplay minyak kayu putih ke Pulau Buru.
Menurut sumber tersebut, dalam setiap kali produksi minyak kayu putih, jumlah yang dikirimkan ke Pulau Buru itu, biasanya para kelompok tani itu menyewa sebuah longboat dengan muatan sebanyak 150 an lebih minyak kayu putih yang diisi dalam jerigen ukuran 40 liter.
Menurutnya, saking menggiurnya usaha tersebut, maka ada juga anggota DPRD SBB yang tertarik untuk melakoni bisnis tersebut, meskipun dari usahanya itu merugikan daerahnya sendiri.
Dari informasi yang dihimpun, dengan hadirnya pabrik pembuatan minyak kayu putih di Kawasan Kotania Atas menyebabkan usaha-usaha dari para petani minyak kayu putih, untuk mengirimkan produk olahannya ke Kabupaten Buru mulai berkurang, hal ini disebabkan karena sudah banyak daun kayu putih yang dikumpulkan para petani lebih terserap ke pabrik tersebut.
Namun, fenomena ini tidak serta merta menyurutkan tudingan dari Kabupaten SBB ke Kabupaten Buru bahwa, Kabupaten Buru menggunakan hasil produksi dari SBB untuk brand produknya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Dekranasda SBB, Yenni Rosbayani Asri yang menyatakan bahwa, minyak kayu putih yang berasal dari SBB memiliki potensi yang besar, tetapi sayangnya merek atau brandnya yang dikenal oleh masyarakat untuk produk tersebut adalah milik Kabupaten Buru.
Bahkan isteri orang nomor satu di Kabupaten SBB ini meandaskan, untuk produksi dan lahan pohon kayu putih di Kabupaten SBB lebih banyak dari Kabupaten Buru, karena itu sebagai bagian dari kepemimpinan di Kabupaten SBB dirinya merasa bertangung jawab terhadap hal tersebut.
Tetapi sayangnya berbagai statement tersebut belum diikuti oleh upaya nyata yaitu mengklaim kembali brand dari minyak kayu putih sebagai salah satu produk unggulan dari Bumi Saka Mese Nusa.
Kita tunggu aksinya..! (Nicko Kastanja)

Posting Komentar